Sabtu, 08 Februari 2014

MENYAPA GOLDEN SUNRISE DI PUNCAK BUKIT SIKUNIR

Sekarang ini, nama Puncak Sikunir mungkin sudah tidak asing lagi di kalangan pecinta sunrise atau masyarakat umum lainnya. Terletak di Desa Sembungan, Dieng, Wonosobo dengan ketinggian 2350mdpl. Dikenal sebagai pemilik golden sunrise, Puncak Sikunir memang cantik. Sangat tidak rugi kalau mau jauh-jauh atau capek-capek kesana untuk menyapa sang matahari terbit.

Tepat setahun yang lalu, berawal dari rasa penasaran, saya merencanakan untuk pergi ke puncak Sikunir dengan mengajak partner yang sebelumnya sudah pernah kesana. Kami, dengan mengendarai sepeda motor berangkat dari Jogja pada siang hari. Menempuh jarak 120km dengan estimasi waktu kurang lebih 3,5jam. Jalan yang kami lalui menuju Wonosobo hampir semuanya jalan aspal halus. Mengapa saya sebut "hampir semua"? Karena ada daerah yang jalannya rusak parah. Panjangnya sekitar 5km. Padahal jalan itu ramai dilalui banyak kendaraan. Tapi rasanya jalanan yang rusak itu seperti tak berarti karena setelah memasuki kawasan perbukitan Dieng, mata kami dimanjakan dengan pemandangan yang menakjubkan, hijau dimana-mana.

Rencana awal kami ke sikunir adalah mau ngecamp saja disana. Tapi ternyata intensitas hujan semakin sering berhubung waktu itu adalah bulan februari, dimana curah hujan memang masih sangat tinggi. Maka setibanya kami di Dieng, hal pertama yang kami cari adalah homestay. Karena waktu sampai disana sudah sore juga dan mulai gerimis. Mencari dari homestay satu ke homestay lain, akhirnya kami menemukan homestay yang cocok. Cocok disini dalam artian kami adalah cocok di kantong dan strategis. Tidak jauh dari perkampungan dan warung-warung makan. Karena waktu itu hari jumat, kami diberi harga Rp. 150.000/malam, kalau malam minggu harganya naik menjadi Rp. 200.000/malam.
Malam harinya, kami mempersiapkan apa saja yang akan dibawa untuk menuju puncak Sikunir keesokan harinya. Makanan ringan, minuman, senter, dan juga jaket tebal.


Telaga Cebong


Pukul 4 pagi keesokan harinya, kami bersiap2 menuju puncak Sikunir. Dari homestay, kami naik motor dulu menuju desa Sembungan tempat Sikunir berada. Berjarak kurang lebih 3km, saat itu jalanan masih sunyi senyap. Dari desa Sembungan menuju tempat parkir dibawah bukit Sikunir juga jalanan gelap gulita tanpa ada penerangan sedikitpun, ditambah dengan jalanan yang rusak dan licin sehabis hujan. Memasuki kawasan Sikunir, akan dikenakan biaya retribusi sebesar Rp. 4.000/orang.


Telaga Cebong dari atas

Perjalanan turun bukit Sikunir


Sampai di Sikunir, kami memarkir motor dan langsung siap mendaki bukit Sikunir. Bagi yang baru pertama kali kesana, tidak perlu khawatir tersesat saat mendaki. Karena sudah ada papan-papan petunjuk jalan di setiap beberapa ratus meternya. Selain itu juga oleh pengelola sudah dibuatkan jalan-jalan setapak, jadi lebih memudahkan kita untuk mendakinya. Bagi yang belum pernah naik gunung seperti saya, juga tak perlu takut. Karena jalurnya tidak sulit, dan juga tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 1km trekking menanjak. Agak sedikit ngos-ngosan juga sih, maka saran saya sebelum ke Sikunir ada baiknya melakukan olahraga-olahraga ringan. Biar kaki tidak pegel-pegel dan nafas juga jadi lebih teratur.
 
Setelah beberapa lama kami mendaki, sampailah kami ke Puncak Sikunir. Disana juga sudah banyak wisatawan-wisatawan lain dengan kamera dan tripodnya yang sudah mengambil tempat strategis dan siap untuk mengabadikan golden moment, golden sunrise di Puncak Sikunir tersebut.


Golden Sunrise dalam genggaman jari


Waktu menunjukkan pukul setengah 6 pagi, sang surya perlahan-lahan muncul diantara gunung Sindoro dengan cahaya kuning kemerahan. Semakin lama cahayanya menjadi keemasan dan mungkin inilah yang disebut golden sunrise. Sangat indah... Saya sempat terdiam dan terbengong-bengong. Seperti tak memperhatikan sekitar, mata saya hanya tertuju pada satu golden moment itu.

Setelah bangunnya sang surya, pemandangan di atas Puncak Sikunir pun disajikan dengan begitu sempurna. Ada deretan gunung yang kokoh terhampar di depan mata. Terlihat juga gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Merapi dari atas sana. Sangat sejuk dan nyaman di mata. Tak henti-hentinya kami mengagumi sambil menikmati minuman hangat dan makanan ringan yang kami bawa sebelumnya.

Cukup menikmati lukisan alam, kami pun turun bukit. Di perjalanan menuruni bukit Sikunir, terlihat juga telaga Cebong. Yang lokasinya sebenarnya tidak jauh dari tempat parkir tadi. Tapi ternyata dilihat dari sisi lain pun telaga ini tak kalah memukaunya. Seperti penutup dari keindahan yang sudah dilukiskan dari atas sana.


Telaga Cebong terlihat pada saat turun bukit


Sampainya di tempat parkir, kami tak langsung beranjak pergi. kami sempatkan untuk menikmati secangkir kopi panas dan kentang goreng yang dijajakan di warung-warung sekitar parkiran. Sungguh nikmat..
Setelah menikmati kopi dan kentang goreng, kami sempatkan untuk menikmati dari dekat tenangnya telaga Cebong yang ada di sisi parkiran. Sungguh tidak sia-sia kami datang kemari. Rasa capek dan penat menjadi tak terasa karena keindahan yang disajikan. Tak salah jika golden sunrise disandang oleh puncak Sikunir. Jika ada waktu lagi, kami tak akan pikir dua kali untuk menyambangi puncak Sikunir. Lagi. **

Selasa, 28 Januari 2014

MAMPIR JEPARA

Pantai Kartini

Ya, seperti judulnya. Mampir Jepara. Karena sebenarnya tujuan utama kami bukan ke Jepara, melainkan Karimun Jawa. Berhubung rencana ke Karimun Jawa gag pake jasa Tour, jadi kami mengusahakan semuanya sendiri. Mulai dari mencari info tentang penyeberangan dari dermaga Pantai Kartini menuju Karimun Jawa, maupun penginapan selama di sana. Sudah dikumpulkan segala info dan menyiapkan kebutuhan, berangkatlah kami dari Jogja menuju Jepara.

Sekitar pukul 7 pagi tertanggal 28 Desember 2013 sampailah kami di Jepara. Selamat pagiiii ibu kartini.. hehehehehe. Ceritanya kami udah semangat banget nih buat nyebrang ke Karimun Jawa. Meskipun sebenernya capek dan ngantuk karena perjalanan dari Jogja ke Jepara kami tempuh pada tengah malam. Tapi itu jadi gag terasaaa karena kami udah melihat di depan mata kita kapal yang akan mengantarkan kami ke tujuan. Di dermaga itu, kami gag sendiri. Disana sudah ramai para wisatawan lain baik wisatawan domestik maupun mancanegara yang sama-sama mau ke Karimun Jawa.

Setelah menunggu beberapa saat untuk loket penjualan tiket kapalnya dibuka, kami sedikit kecewa. Karena ternyata kapal ditunda keberangkatannya. Hari itu ombak terlalu tinggi untuk melakukan penyebrangan. Yaaaaaaaaahhhhh......... :(
Tapi kami gag putus asa dan masih optimis. Oke hari ini gag bisa nyebrang, mungkin besok bisa.. Maka kami putuskan untuk menunggu sampai esok hari..

Sambil menunggu sampai esok hari, kami gunakan kesempatan hari itu untuk menikmati alam sekitar Pantai Kartini. Sebelum siap mengeksplore, kami memulihkan stamina dulu dengan istirahat di penginapan (masih) sekitaran Pantai Kartini. Sebenernya lumayan banyak juga penginapannya, tapi berhubung waktu itu termasuk musim libur, dan akan mendekati tahun baru juga, maka banyak penginapan yang sudah full terisi. Setelah berjalan menanyakan tiap penginapan, dan sedikit nego-nego harga, akhirnya dapatlah dan tepaaaaaaaarrrrr.....

Mengistirahatkan raga, sudah cukup. Siang itu kami siap menikmati apa yang disajikan Pantai Kartini. Pantai Kartini bukan termasuk pantai yang kita bisa main air di pesisirnya. Jika mau main air, disana terdapat kolam yang bisa buat main-main. Tapi itu kolam anak-anak, jadi kami gag mungkin main air disana juga.

Di salah satu sisi Pantai Kartini ada sekumpulan perahu-perahu nelayan yang ternyata, perahu itu bisa untuk wisata menyebrang ke Pulau Panjang. Dengan membayar Rp. 15.000/orang, kita bisa naik perahu dengan kapasitas sekitar 20 orang menyebrang dari Pantai Kartini ke Pulau Panjang, kita akan disuguhi pemandangan perahu-perahu lain yang juga mengantar para wisatawan, ataupun perahu-perahu yang mencari ikan. Dengan waktu tempuh hanya 10-15menit saja, sampailah kita di pulau panjang..

Beberapa perahu nelayan yang mencari ikan





Selamat datang di Pulau Panjang :)




Pesisir pantai pulau panjang sebenarnya bagus. Pasirnya putih, lautnya biru, ditambah dengan ombak yang tidak terlalu besar disalah satu sisinya, kita bisa bermain air disana. Tapi sayangnya di beberapa tempatnya agak kotor dan banyak pecahan-pecahan terumbu karang.


Menyusuri pantai Pulau Panjang

Selain menyebrang ke Pulau Panjang, di Pantai Kartini juga ada kura-kura ocean park. Ya seperti sea world gitu. Tak hanya ada kura-kura saja, tapi juga terdapat macam-macam ikan, hiu juga ada. Ditempatkan dalam akuarium-akuarium kecil dan besar.

Kura-kura ocean park

Di jepara juga terdapat museum gong perdamaian dunia. Tepatnya di Desa Plajan Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara. Dari Pantai Kartini menempuh perjalanan sekitar 30menit lagi jika menggunakan sepeda motor. Tak hanya ada gong perdamaian dunia saja yang ada disana, tapi juga ada gong perdamaian Asia-Afrika, gong perdamaian nusantara, dan juga kumpulan tanah dari 202 negara. Waaaoow.....!!! Biaya masuk di museum ini tidak mahal, cukup dengan Rp. 4.000/orang.

Gong perdamaian nusantara

Setelah beberapa hari kami menunggu, kapal tetap gag bisa nyebrang ke Karimun Jawa. Dan memang selama beberapa hari itu cuaca disekitar Pantai Kartini malah memburuk. Hujan deras disertai angin kencang tiap malamnya. Dengan sedikit kecewa, kami memutuskan untuk balik saja ke jogja. Ya, menunda keinginan untuk ke Karimun Jawa. **